Jumat, 08 April 2011

Fadhilah Hari Jum’at

Diantara Fadhilah Hari Jum’at :
1. Bahwasanya ia adalah sebaik-baik hari. Dari Abu
Hurairoh Radhiyallahu ’anhu dari Nabi
Shallallahu ’alaihi wa Salam beliau bersabda :
خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه
أدخل الجنة وفيه أخرج منها ولا تقوم الساعة إلا في يوم الجمعة
”Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya
(hari cerah) adalah hari Jum’at, (karena) pada
hari ini Adam diciptakan, hari ini pula Adam
dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan
darinya, dan tidaklah akan datang hari kiamat
kecuali pada hari Jum’at.” [HR Muslim].
2. Hari ini mengandung kewajiban sholat Jum’at
yang merupakan sebesar-besar kewajiban Islam
yang paling ditekankan dan seagung-agungnya
berhimpunnya kaum muslimin. Barangsiapa
meninggalkannya (menunaikan sholat Jum’at)
karena meremehkannya, niscaya Alloh tutup
hatinya sebagaimana di dalam hadits shahih yang
diriwayatkan Muslim.
3. Bahwasanya di dalamnya terdapat waktu yang
orang berdo’a di dalamnya diijabahi
(dikabulkan). Dari Abu Hurairoh radhiyallahu
’anhu berkata : Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa
Salam bersabda :
إن في الجمعة ساعة لا يوافقها عبد مسلم وهو قائم يصلى يسأل
الله شيئا إلا أعطاه إياه
”Sesungguhnya di dalam hari Jum’at ini, ada
suatu waktu yang tidaklah seorang Muslim
menemuinya (hari Jum’at) sedangkan ia dalam
keadaan berdiri sholat memohon sesuatu kepada
Alloh, melainkan akan Alloh berikan padanya.”
(Muttafaq ’alaihi)
Ibnul Qoyyim berkata setelah menyebutkan
adanya perselisihan tentang penentuan
spesifikasi waktu ini : ”Pendapat-pendapat yang
paling rajih (kuat) adalah dua pendapat yang
keduanya terkandung di dalam sebuah hadits
yang tsabit (shahih). Yaitu : Pendapat pertama,
bahwasanya (waktu ijabah tersebut) mulai dari
duduknya imam hingga ditunaikannya sholat,
sebagaimana dalam hadits Ibnu ’Umar
bahwasanya Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam
bersabda :
هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
”(waktu ijabah tersebut) yaitu diantara
duduknya imam sampai ditunaikannya sholat.”
(HR Muslim).
Pendapat kedua, yaitu setelah waktu ’Ashar.
Dan ini adalah dua pendapat yang paling kuat.
[Zaadul Ma’ad I/389-390].
4. Bahwasanya bersedekah di dalamnya kebih baik
daripada bersedekah pada hari lainnya. Ibnul
Qoyyim berkata : ”bersedekah pada hari Jum’at
dibandingkan hari-hari lainnya dalam sepekan,
seperti bersedekah pada bulan Ramadhan
dibandingkan bulan-bulan lainnya.” Dan di dalam
hadits Ka’ab (dikatakan) :
والصدقة فيه أعظم من الصدقة في سائر الأيام
”Bersedekah di dalamnya lebih besar
(pahalanya) daripada bersedekah pada hari
lainnya.” [hadits mauquf shahih namun memiliki
hukum marfu’].
5. Bahwasanya ia adalah hari dimana Alloh Azza wa
Jalla memuliakan di dalamnya para wali-wali-
Nya kaum mukminin di dalam surga. Dari Anas
bin Malik radhiyallahu ’anhu, beliau berkata
tentang firman Alloh Azza wa Jalla :
((  وَل  دينا مزِيد ))
”Dan pada sisi kami ada tambahannya.” (QS
Qoof : 35)
Beliau berkata : ”Alloh muliakan mereka pada
tiap hari Jum’at.”
6. Bahwasanya ia adalah hari ’Ied (perayaan) yang
berulang-ulang setiap pekan. Dari Ibnu ’Abbas
radhiyallahu ’anhuma berkata : Rasulullah
Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :
إن هذا يوم عيد جعله الله للمسلمين فمن جاء الجمعة
فليغتسل…
”Sesungguhnya hari ini adalah hari ’Ied yang
Alloh jadikan bagi kaum Muslimin, barangsiapa
yang mendapati hari Jum’at hendaknya ia
mandi…” [HR Ibnu Majah dalam Shahih at-
Targhib I/298].
7. Bahwasanya ia adalah hari yang menghapuskan
dosa-dosa. Dari Salman beliau berkata :
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam
bersabda :
لا يغتسل رجل يوم الجمعة ويتطهر ما استطاع من طهر
ويدهن من دهنه أو يمس من طيب بيته ثم يخرج فلا يفرق بين
اثنين ثم يصلي ما كتب له ثم ينصت إذا تكلم الإمام إلا غفر له
ما بينه وبين الجمعة الأخرى
”Tidaklah seorang hamba mandi pada hari
Jum’at dan bersuci dengan sebaik-baik bersuci,
lalu ia meminyaki rambutnya atau berparfum
dengan minyak wangi, kemudian ia keluar
(menunaikan sholat Jum’at) dan tidak
memisahkan antara dua orang (yang duduk),
kemudian ia melakukan sholat apa yang
diwajibkan atasnya dan ia diam ketika Imam
berkhutbah, melainkan segala dosanya akan
diampuni antara hari Jum’at ini dengan Jum’at
lainnya.” [HR Bukhari].
8. Bahwasanya orang yang berjalan untuk
menunaikan sholat Jum’at, pada tiap langkah
kakinya ada pahala puasa dan sholat setahun
sebagaimana hadits Aus bin Aus radhiyallahu
’anhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu
’alaihi wa Salam bersabda :
من غسل واغتسل يوم الجمعة وبكر وابتكر ودنا من الإمام
فأنصت, كان له بكل خطوة يخطوها صيام سنة وقيامها وذلك
على الله يسير
”Barangsiapa yang mandi lalu berwudhu pada
hari Jum’at, lalu ia bersegera dan bergegas
(untuk sholat), kemudian ia mendekat kepada
imam dan diam, maka baginya pada setiap
langkah kaki yang ia langkahkan (ada pahala)
puasa dan sholat setahun, dan yang demikian ini
adalah sesuatu yang mudah bagi Alloh.” [HR
Ahmad dan Ashhabus Sunnan, dishahihkan oleh
Ibnu Khuzaimah].
Allohu Akbar! Setiap langkah yang diayun
menuju sholat Jum’at sepadan dengan puasa
dan sholat setahun?!
Dimana orang-orang yang mau berlekas untuk
menuju kebesaran ini?! Dimana orang-orang
yang menginginkan anugerah ini?!
(( َ ذلِ  ك َف  ض ُ ل اللّهِ ي  ؤتِيهِ م  ن ي  شاءُ  واللَّه ُ ذ  و الَف  ضلِ
العظِيمِ ))
”Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah
mempunyai karunia yang besar.” (QS al-Hadiid :
21)
9. Bahwasanya Jahannam itu dinyalakan –yaitu
dikobarkan apinya- setiap hari dalam sepekan
kecuali pada hari Jum’at, yang mana hal ini
sebagai (salah satu bentuk) pemuliaan terhadap
hari yang agung ini. [Lihat Zaadul Ma’ad I/387].
10. Bahwasanya meninggal pada hari Jum’at atau
malamnya merupakan tanda-tanda husnul
khotimah, dimana orang yang wafat pada hari
ini akan aman dari siksa kubur dan dari
pertanyaan dua Malaikat. Dari Ibnu ’Amr
radhiyallahu ’anhuma beliau berkata :
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam
bersabda :
ما من مسلم يموت يوم الجمعة أو ليلة الجمعة إلا وقاه الله تعالى
فتنة القبر
”Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari
Jum’at atau pada malam Jum’at, kecuali Alloh
Ta’ala lindungi dari fitnah kubur.” [R Ahmad
dan Turmudi, dishahihkan oleh al-Albani].

by. http://doktermuslim.wordpress.com

10 Kiat Tegar Menghadapi Cobaan


cobaan musibah



Mengarungi kehidupan pasti seseorang akan mengalami pasang surut. Kadang seseorang mendapatkan nikmat dan kadang pula mendapatkan musibah atau cobaan. Semuanya datang silih berganti. Kewajiban kita adalah bersabar ketika mendapati musibah dan bersyukur ketika mendapatkan nikmat Allah. Berikut adalah beberapa kiat yang bisa memudahkan seseorang dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan.
Pertama: Mengimani takdir ilahi
Setiap menghadapi cobaan hendaklah seseorang tahu bahwa setiap yang Allah takdirkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi pastilah terjadi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”[1]

Beriman kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat seseorang semakin ridho dengan setiap cobaan. Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.” [2]

Kedua: Yakinlah, ada hikmah di balik cobaan
Hendaklah setiap mukmin mengimani bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti ada hikmah di balik itu semua, baik hikmah tersebut kita ketahui atau tidak kita ketahui.[3] Allah Ta’ala berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)

Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (38) مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq.” (QS. Ad Dukhan: 38-39)

Ketiga: Ingatlah bahwa musibah yang kita hadapi belum seberapa
Ingatlah bahwa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mendapatkan cobaan sampai dicaci, dicemooh dan disiksa oleh orang-orang musyrik dengan berbagai cara. Kalau kita mengingat musibah yang menimpa beliau, maka tentu kita akan merasa ringan menghadapi musibah kita sendiri karena musibah kita dibanding beliau tidaklah seberapa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي
Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.[4]
Dalam lafazh yang lain disebutkan,
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.[5]

Keempat: Ketahuilah bahwa semakin kuat iman, memang akan semakin diuji
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.[6]

Kelima: Yakinlah, di balik kesulitan ada kemudahan
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6). Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,
لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ
Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.[7]
Keenam: Hadapilah cobaan dengan bersabar
‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.

Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.[8]
 
Yang dimaksud dengan bersabar adalah menahan hati dan lisan dari berkeluh kesah serta menahan anggota badan dari perilaku emosional seperti menampar pipi dan merobek baju.[9]

Ketujuh: Bersabarlah di awal musibah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى

Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.[10] Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.

Kedelapan: Yakinlah bahwa pahala sabar begitu besar
Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan, “Pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan mendapatkan ketinggian derajat.” As Sudi mengatakan, “Balasan orang yang bersabar adalah surga.”[11]

Kesembilan: Ucapkanlah “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un …”
Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[12]

Do’a yang disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh seorang muslim ketika ia ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami. Insya Allah, dengan ini ia akan mendapatkan ganti yang lebih baik.

Kesepuluh: Introspeksi diri
Musibah dan cobaan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang pernah kita perbuat baik itu kesyirikan, bid’ah, dosa besar dan maksiat lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30). Maksudnya adalah karena sebab dosa-dosa yang dulu pernah diperbuat.[13] Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Akan disegerakan siksaan bagi orang-orang beriman di dunia disebabkan dosa-dosa yang mereka perbuat, dan dengan itu mereka tidak disiksa (atau diperingan siksanya) di akhirat.”[14]

Semoga kiat-kiat ini semakin meneguhkan kita dalam menghadapi setiap cobaan dan ujian dari Allah.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
diambil dari Artikel http://rumaysho.com
Diselesaikan di Pangukan-Sleman, 25 Shofar 1431 H

Kamis, 07 April 2011

Tanda-tanda Kekuasaan Allah pada DNA

 
Pertanyaan tentang eksistensi Allah yang dilontarkan kaum atheis selama kurun waktu yang lama itu roboh dengan sendirinya. Hukum perubahan dan darwinisme, apabila dihadapkan pada penemuan-penemuan baru di alam semesta dan pada anatomi tubuh manusia, akan menjadi sesuatu yang menggelikan, selayaknya klaim-klaim yang tidak bisa dipertahankan dan sepatutnya ditutup dalam arsip sejarah sebagai sesuatu yang tidak pernah terbukti dan sekaligus kontradiktif.

Segala sesuatu mulai dari atom hingga galaksi didesain untuk kebaikan bagi umat manusia. Penemuan DNA, unsur-unsur pokoknya, serta bagiamana ia bekerja, menghasilkan serangan hebat yang lain terhadap hukum perubahan. Allah di dalam al-Qur’an berfirman, ‘Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?’ (Fushshilat: 53)

Allah juga berfirman, ‘Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini.’ (al-Jatsiyah: 4)
Bruce Alberts, presiden National Academy of Sciences, mengatakan, ‘Seluruh sel dapat dilihat sebagai pabrik yang berisi jaringan elaboratif untuk menyabungkan garis-garis pertemuan, dimana masing-masing terdiri dari satu set mesin protein yang besar.’
Bahkan sel-sel yang paling sederhana itu membuat decak kagum dengan mesin high-tech-nya. Di sisi luar, permukaannya dipenuhi dengan berbagai sensor, gerbang, pompa, dan pengidentifikasi.

Di bagian dalam, sel-sel itu dikemas dengan pembangkit tenaga, tempat kerja yang otomatis, dan unit-unit daur ulang. Monorel-monorel miniatur mengangkut berbagai Artikelal dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
Pabrik modern yang paling maju dan otomotis, dengan berbagai komputer dan robotnya yang seluruhnya terkoordinasi dengan jadwal waktu yang presisi saja masih kurang kompleksnya dibanding pekerjaan-pekerjaan di dalam satu unit sel.

‘Suatu bakteri jauh lebih kompleks dibanding setiap sistim yang mati yang dikenal manusia. Tidak ada suatu laboratorium di dunia yang dapat menyaingi aktivitas biokimia organisme hidup yang paling kecil. Satu sel lebih rumit dibanding komputer paling besar yang yang pernah dibuat manusia.’ (Sir James Gray, Cambridge University)

DNA itu seperti suatu bahasa di dalam inti sel, suatu pesan molekular, satu set perintah yang menceritakan sel itu bagaimana caranya ia membangun protein—lebih menyerupai perangkat lunak yang diperlukan untuk menjalankan komputer. Lebih dari itu, banyaknya keterangan DNA sangat mengejutkan. Satu sel dari tubuh manusia berisi informasi tiga atau empat kali lebih banyak dibanding 30 volume Encyclopedia Britannica. Sebagai hasilnya, pertanyaan tentang asal-muasal hidup yang sekarang harus diredifinisi, sebagaimana pertanyaan tentang informasi biologis yang orisinal. Dapatkah informasi itu muncul dari alam sendiri? Atau apakah itu memerlukan suatu ‘intelligent agent’?


DNA terdiri dari bahan-bahan kimia alami (basis, gula, fosfat, yang bereaksi menurut hukum alam). Apa yang membuat DNA berfungsi sebagai suatu pesan itu bukan bahan kimia itu sendiri, tetapi lebih merupakan sekuen mereka, pola mereka. Bahan kimia dalam DNA dikelompokkan ke dalam molekul-molekul (yang disebut nukleotida) yang bertindak seperti surat-surat di suatu pesan, dan mereka harus di dalam perintah tersendiri jika pesan itu akan dapat dimengerti. Jika surat-surat itu campur aduk, maka hasilnya nonsense. Sehingga pertanyaan yang penting adalah apakah sekuen dari bahan kimia ‘surat-surat’ muncul sebab-sebab alam, ataukah ia memerlukan satu sumber yang cerdas? Apakah ia produk dari hukum atau produk desain?
Karena DNA berisi informasi, maka kasus itu lebih dapat dijelaskan dengan istilah-istilah teori informasi, suatu bidang penelitian yang menyelidiki bagaimana informasi-informasi itu ditransmisikan. Ilmuwan naturalistik hanya mempunyai dua cara yang mungkin untuk menjelaskan asal-muasal hidup—apakah itu chance (kebetulan) atau hukum alam. Tetapi teori informasi menyediakan suatu piranti yang tangguh untuk mendiskonto kedua penjelasan tersebut. Chance dan hukum sama-sama menjurus kepada struktur-struktur dengan isi informasi yang rendah, sedangkan DNA mempunyai suatu isi informasi yang sangat tinggi.’
Sekuen basis DNA tidak bisa dijelaskan dengan hukum alam karena tidak ada hukum kimia bahwa membuat setiap sekuen lebih mungkin dibanding yang lain. Pada waktu yang sama, sekuen-sekuan tersebut sangat rumit, sehingga ia tidak bisa dijelaskan sebagai sesuatu yang kebetulan.

‘Berdasarkan faktor-faktor kemungkinan, setiap helai DNA yang sehat mempunyai lebih dari 84 nukleotida, dan itu tidak mungkin sebagai akibat dari mutasi-mutasi yang sembrono. Pada tahap itu, kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah 1 dari 480 x 1050. Nomor seperti itu jika dituliskan akan terbaca:
480,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000.

‘Para ahli matematik setuju bahwa suatu jumlah syarat di atas 1050, secara statistik, adalah a zero probability (nol kemungkinan). Setiap jenis yang kita kenal, termasuk bakteri sel tunggal yang paling kecil, mempunyai jumlah nukleotida lebih besar dari 100 hingga 1000. Faktanya, bakteri sel tunggal menampilkan sekitar 3,000,000 nukleotida, yang dibariskan di suatu sekuen yang sangat khusus. Ini berarti bahwa tidak ada kemungkinan matematis apapun bagi suatu spesies untuk menjadi produk dari kejadian yang acak atau bermutasi (menggunakan pernyataan favorit para evolusionis).’ (I.L.Cohen, Darwin was Wrong, 1984, hlm. 205)

Studi terhadap DNA menyediakan bukti baru yang kuat bahwa hidup adalah produk desain yang cerdas.
Dewasa ini, bergantung pada harapan bahwa beberapa proses natural akan ditemukan untuk menjelaskan DNA, adalah sikap yang amat tidak logis. Proses yang susah dimengerti yang diharapkan para natularis untuk ditemukan itu sepenuhnya tidak akan ditemukan. Meski manusia 97% dari struktur DNA mereka dengan beberapa binatang yang lebih tinggi, namun 3% yang terakhir itu sangat vital, dimaan semua peradaban manusia, agama, seni, ilmu pengetahuan, filsafat, dan yang paling penting moral mereka, tergantung padanya.

Inilah 3% yang membedakan antara pandangan theistik (rabbani) tentang asal-muasal manusia dari pandangan yang non-theistik. Seperti yang telah diperingatkan John Quincy Adams sejak dahulu, bahwa tanpa suatu kepercayaan asal-muasal yang theistik (dalam perbedaan 3% itu), manusia tidak akan memiliki nurani. Ia lebih tidak memiliki hukum dibandingkan harimau dan ikan hiu.’
Allah berfirman di dalam al-Qur’an, ‘Dan katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.’ (an-Naml: 93) 

by. http://www.eramuslim.com/syariah/quran-sunnah/tanda-tanda-kekuasaan-allah-pada-dna.htm